Yuniyanti Chuzaifah, Ketua Komnas Perempuan, memberikan pemaparan soal pengalamannya memimpinKomnas Perempuan kepada 200-an peserta yang kebanyakan berasal dari kalangan pengacara, akademisi, dan sukarelawan Australia di kota Melbourne.
Dalam acara yang digelar oleh Australian Volunteers International tersebut, Yuni menjelaskan kondisikekerasan terhadap perempuan saat ini di Indonesia.
"Ada tiga perempuan yang menjadi korban kekerasansetiap dua jam," jelasnya. "85 persen terjadi di rumahtangga, istri yang menjadi korban, jumlahnya mencapailebih dari 276 ribu kasus."
Ia juga menjelaskan bahwa dari 15 jenis bentukkekerasan perempuan yang ada di Indonesia, hanya adatiga kasus yang diakui secara legal, lewat undang-undangperlindungan.
Temuan Komnas Perempuan juga menyebutkan pelakukejahatan kebanyakan adalah orang terdekat korban.Lebih menariknya, para pelaku kejahatan menggunakanagaman untuk mengesahkan kelakukannya. "Merekatelah salah memahami ajaran-ajaran agama dan kulturyang ada," kata Yuni. "Indonesia sebenarnya memilkikonstitusi yang progresif, tetapi tantangannya kini adalahadalah dalam penerapannya."
Salah satu masalah yang kini dihadapi oleh KomnasPerempuan adalah meningkatnya jumlah kelompokfundamentalis yang menolak menyelesaikan masalahsecara hukum.
"Mereka memilih untuk melihat dan menanggapinyalewat nilai-nilai agama, budaya, dan sosial yang merekaanut."
Usai memberikan pemaparan, Yuni mendapat sejumlahpertanyaan dari hadirin yang ingin menggali lebih jauhperanan Komnas Perempuan dalam menyelesaikanmasalah kekerasan terhadap perempuan. Mereka jugaingin tahu bagaimana melibatkan tokoh-tokoh agama untuk menyelesaikan masalah.
"Salah satu program yang kami lakukan adalah denganmempersiapkan ruang dan pendidikan alternatif bagiperempuan, misalnya dengan mengajarkan plurasime, untuk menghentikan stigma dan prasangka yang didasarioleh nilai-nilai agama dan etnis," ujarnya dalam bahasaInggris.
"Kami juga telah menyediakan pelayanan pemulihan, termasuk ke sekolah-sekolah agama, kami juga mengajakpara pemuka agama terutama yang perempuan, juga paraakademis di bidang agama untuk menyatukan pandanganmereka berdasarkan cabang ilmu yang ada dan tidakhanya berdasarkan teks klasik kitab-kitab agama."
Pemaparannya ini dilakukan dalam pertemuan rutindilakukan Australian Volunteers International untukmenyampaikan laporan terbaru organisasi yang banyakmengirimkan sukarelawan ke sejumlah negara-negara di kawasan Indo-Pasifik, termasuk Indonesia.
Komnas Perempuan juga sudah dan masih terusmenerima sukarelawan asal Australia yang inginmemberikan kontribusi berdasarkan pengalaman dankemampuannya.
Source :http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2015-11-12/indonesia-hadapi-tantangan-besar-soal-kekerasan-terhadap-perempuan/1513576
Tidak ada komentar:
Posting Komentar